TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ludwig Klages adalah seorang tokoh yang
terkenal, baik dalam bidang lapangan psikologis maupun dalam bidang filsafat.
Buah pikirannya mengenai kepribadian manusia sangat masyuh dan terdapat hampir
dalam tiap-tiap buku ahli yang membicarakan kepribadian, terlebih-lebih karya
ahli-ahli di Eropa kontinental.
Berbicara tentang cara pendekatan,
Klages dapat digolongkan pada ahli-ahli yang memakai cara pendekatan
pensifatan, dan menentang cara pendekatan tipologis. Cara pendekatan tipologis
itu sama sekali tidak memuaskan Klages karena tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk memahami sesama manusia. Seorang ahli tipologi sudah puas dengan
memasukkan seseorang kedalam tipe begini atas tipe begitu. Ahli tipologi sudah
menyediakan kategori tertentu sebagai wadah untuk tempat memasukan manusia
kedalam golongan atau tipe tertentu.
Dalam tiap-tiap wadah itu telah disediakan
daftar sifat-sifat tertentu, sehingga individu-individu yang dikirakan memiliki
sifat-sifat yang terdapat pada masing-masing wadah itu, tinggal memasukkan
wadah ini atau wadah itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pandangan teoritik
menurut Ludwig Klages ?
2. Apa saja aspek-aspek kepribadian menurut
Ludwig Klages ?
3. Bagaimana struktur kepribadian menurut
Ludwig Klages ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan teoritik
menurut Ludwig Klages
2. Untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian
menurut Ludwig Klages
3. Untuk mengetahui struktural kepribadian
Ludwig Klages
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Teoritik Ludwig Klages
Pandangan kepribadian dari Klages masih
bernuansa filosofis, karena ia terkenal di Eropa sebagai filosof, dan dianggap
sebagai peletak dasar sikologi kepribadian modern. Karyanya berjudul Prinzipien
der Characterologie. Pada penerbitan-penerbitan ulangan diubah menjadi Grunslagen
der Characterkunde, sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan menjadi
sumber studi bagi banyak ahli. Pandangan Klages sudah mulai pada pendekatan
sifat atau traites dan menolak pendekatan tipologis. Ia tidak puas dengn
pendekatan tipologis, karena tidak dapat memenuhi fungsi untuk memahami sesama
manusia sebab, dengan pendekatan tipologi, si ahli tipologi sudah puas dengan
memasukkan orang kedalam tipe tertentu. Maka setiap tipe menjadi semacam wadah
untuk memasukkan sekelompok orang yang dianggap sama kepribaiannya. Tiap tipe
sebagai wadah kemudian menyediakan sebuah daftar sifat-sifat tertentu.
Klages menganggap cara kerja pendekatan
tipologis terlalu kasar, terlalu dangkal, sebab sifat-sifat yang disebutkan
pada tipe-tipe itu hanya sifat-sifat garis besarnya saja. Maka jika orang tidak
masuk dalam tipe, sifat khasnya diabaikan. Jadi pendekatan tipologis ini tidak
dapat mendekati kepribadian secara layak. Sikologi kepribadian tidak boleh puas
dengan pendekatan semacam ini. Secara garis besar atau secara kasar sebab tidak
ada dua orang yang sama kepribadiannya. Maka dari itu tiap individu perlu
didekati dan dihadapi menurut apa adanya dengan dasar ini, maka Klages ingin
menyusun teori kepribadian yang dapat dipakai untuk mendekati sifat-sifat
kepribadian manusia sampai bagian-bagian detailnya. [1]
B. Aspek-aspek Kepribadian
Klages
mengemukakan, bahwa ada 3 aspek kepribadian itu, yaitu:
1. Materi atau bahan (Stoff)
Materi
atau bahan merupakan salah satu aspek daripada kepribadian berisikan semua
kemampuan (daya) pembawaan beserta talent-talentnya. Materi ini merupakan modal
pertama yang disediakan oleh kodrat untuk dipergunakan dan diperkembangkan oleh
manusia.
Klages
membedakan antara ingatan dan mengenang kembali. Ingatan merupakan suatu
kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-kesan, dan
membanding-bandingkan kesan-kesan yang lama serta yang baru. Ingatan ini
berfungsi tanpa disadari, tanpa ingatan maka proses-proses kerohanian tak akan
dapat berfungsi apa-apa. Tanpa ingatan itu maka orang tak akan dapat mengenal
kembali sesuatu, tidak akan mempunyai kebiasaan tingkah laku dan tidak akan
dapat berfantasi. Jadi singkatnya ingatan ini memungkinkan manusia untuk
mengingat kembali (recognition), mengingat kebiasaan tingkah laku, mempunyai
harapan-harapan akan kesan-kesan yang akan diterimanya, mengenangkan
kesan-kesan yang waktu dan berfantasi.
Daya
mengenang atau mengingat kembali (Erinerungsvermogen, the capacity of
recollection, herinneringsvermogen). Daya mengingat kembali ini dibedakan dari
ingatan berdasarkan atas kenyataan, bahwa kedua hal tersebut adanya pada
seseorang individu itu belum tentu mempunyai korelasi positif. Orang dapat
menjumpai individu yang kuat sekali, tetapi apa yang ada dalam ingatannya itu
sukar sekali untuk ditimbulkan ke dalam kesadaran. Sebaliknya banyak juga
individu yang ingatannya tidak kuat, tidak dapat menyimpan kesan-kesan secara
baik, tapi apa yang ada dalam ingatannya itu dengan mudah dapat ditimbulkan
kembali dalam kesadaran.
2. Stuktur (Struktur)
Klages memberikan pengertian tentang
istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap daripada istilah materi.
Bila materi dipandang sebagai isi, bahan, maka struktur dipandang sebagai
sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya. Menurut Klages tingkah laku
adalah sifat pribadi yang mempunyai nilai konstan. Ada 3 soal yang dikemukakan
oleh Klagesdalam struktur itu, yaitu :
a.
Temperamen
Temperamen
adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan dan pikiran.
Menurut Klages dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan
tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima
dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan
dengan perasaan benci. Erich Fromm yakni psikoanalis humanistik memposisiskan
cinta sebagai fokus utama manusia. Lebih lanjut Erich Fromm, mengemukakan bahwa
cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif.[2]
Klages melukiskan temperamen itu sebagai
sifat daripada struktur. Orang-orang yang biasanya disebut temperamen sanguinis
menunjukkan sifat-sifat yang tak dikenal lelah dengan kuatnya menuju ke suatu
tujuan yang disadarinya benar-benar. Tetapi tidak semua orang yang sanguinis
demikian sifatnya. Ada juga orang-orang sanguinis yang banyak “petingkah”,
mudah berubah dan mudah tertarik oleh hal-hal lain. Sebaliknya orang-orang yang
biasa disebut temperamen phlegmatis menunjukkan sifat-sifat serba lambat tidak
punya minat dan apathis, disamping itu ada juga orang-orang phlegmatis yang
suka bertindak, tetapi sekali menyala harus memenangkan kekuatan yang besar.
Jadi semisal gunung berapi.
Klages juga memberikan corak-corak
tertentu dalam tindakan Sanguinis. Suasana perasaan seperti juga halnya kemauan
dan afek, berakar pada tempo. Dari suasana hati yang aktif dan ekspansif inilah
terdapat seorang sanguinis yang tidak pernah merasa puas, tidak sadar dan tetap
arahnya. Klages juga menerangkan tentang temperamen pleghmatis adalah kebalikan
daripada orang yang bertemperamen sanguinis. Temponya lambat, suasana hatinya
depresif, daya reaksi berat.
Antara sifat-sifat struktur dan materi
itu bannyak terdapat afinitas (hubungan), sehingga ada seorang sanguinis yang
besar sekali dinamika berpikirnya, lebih abstrak dan mempunyai kecakapan
berpikis spekulatif. Sebaliknya seorang pleghmatis lebih tertarik kepada
kenyataan-kenyataan. Berpikirnya juga konkret, kadang-kadang kurang dinamikanya
dan di lain pihak jalan pikiran yang singkat pendek dan cenderung ke arah
intinya saja
b.
Perasaan
Tiap-tiap
perasaan memiliki dua sifat pokok, yaitu :
1) Di dalam tiap perasaan terletak kegiatan
batin (inner activity)
Yang
dimaksud dengan kegiatan batin ialah daya untuk membeda-bedakan
keinginan-keinginan yang terkandung dalam perasaan. Menurut Klages dalam tiap
perasaan itu terkandung keinginan. Ada dua macam keinginan yaitu keinginan
menerima dan keinginan menolak.
2) Di dalam tiap perasaan terdapat corak
perasaan, yaitu taraf-taraf kejelasannya. Klages membedakan perasaan afek dan
suasana perasaan. Suatu perasaan akan menjadi afek apabila faktor keinginan
menonjol ke muka.
Perasaan dibedakan menjadi afek, yaitu
adanya keinginan yang kuat dalam perasaan (kegembiraan, kemarahan, kegalauan,
dan kekecewaan) dan suasana perasaan (stimung), yaitu perasaan yang
lebih menonjolkan warna atau corak tertentu (kesediaan dan kerinduan). Suasana
perasaan dapat bersifat stabil atau berubah-ubah.[3]
c.
Daya
ekspresi
Manusia mempunyai dorongan-dorongan nafsu.
Dorongan-dorongan nafsu ini adalah proses jiwa, dorongan-dorongan nafsu itu
baru dapat disaksikan bila telah menampakkan diri dalam proses-proses jasmaniah
seperti misalnya perubahan detak jantung, perubahan pernafasan,dll. Pernyataan
proses-proses kejiwaan itu disebut secara teknik ekspresi. Juga ekspresi ini
pun sebagai sifat struktur tergantung kepada dua kekuatan yang saling
berlawanan, yaitu keadaan perangsang dan hambatan untuk ekspresi. Saling
berhubungan antara kedua kekuatan yang saling berlawanan itu dapat dirumuskan
sebagai berikut :
P
E = ______
HE
Di mana: E : adalah ekspresi
P : adalah keadaan perangsang
He : adalah hambatan ekspresi.[4]
Menurut Klages yang menjadi hambatan
ekspresi adalah penguasaan diri. Penguasaan diri ini harus menjadi kekuatan
imbangan daripada nafsu-nafsu. Tiap-tiap orang mempunyai kekuatan penguasaan
diri itu masing-masing itu, yang satu sama lain berbeda-beda. Karena itulah
maka dapat disaksikan adanya bebrapa orang yang sudah menunjukkan perubahan
ekspresi oleh perangsang yang kecil, sebaliknya terdapat juga orang-orang yang
oleh gelombang yang besar-besarpun belum menampakkan perubahan ekspresi. Daya
ekspresi itu adalah bagian daripada kemampuan dasar.
3. Kualitas atau sifat (Artung).
Antara kemauan dan perasaan terjadilah
perlawanan atau kebalikan yang sedalam-dalamnya. Perlawanan ( antagonisme )
inilah yang menjadi dasar daripada siatem dorongan-dorongan Klages. Kemauan
dapat mengikuti atau melawan perasaan, tetapi tak dapat memanggilnya atau
menimbulkannya. Perasaan baru dapat dibangkitkan bilamana kemauan dilumpuhkan
atau ditundukkan.Sifat kemauan adalah aktivitas, kebebasan, sedangkan sifat
perasaan adalah bergantung dan berhubungan. Dalam kemauan “AKU” berkuasa, dalam
perasaan “AKU” dikuasai oleh “sesuatu”. Jika kemauan itu didorong oleh nafsu
mempertahankan “AKU”, menyerahkan “AKU” (diri) kepada yang dihadapi.
Jadi ada dua nafsu, yaitu nafsu
mempertahankan diri dan nafsu menyerahkan diri. Yang menjadi pendukung prinsip
ke”AKU”-an, daya persepsi tindakan yang menarik garis pemisah antara subyek dan
obyek adalah roh (Geist), yang menempatkan diri berhadapan dengan dunia
sekitarnya, sedangkan yang menjadi pendukung perasaan disebut oleh Klages jiwa
(seele). Roh adalah representasi daripada anasir kehidupan. Antara jiwa dan
tubuh tak ada pertentangan, dalam kehidupan hayati kedua hal tak terpisahkan,
sedangkan antara jiwa dan roh terjadi ketegangan yang tiada henti-hentinnya.
Jadi ditinjau secara teoritis murni, ada dua bentuk kepribadian, yaitu :
a. Kepribadian yang dikuasi oleh roh ( der
Geist )
b. Kepribadian yang dikuasai oleh jiwa (
die Seele )
Disamping hal-hal yang telah dikemukakan
itu Klages mengadakan pembagian- pembagian lain yang lebih teliti. Pembagian
mengenai soal ini, yang biasa dikenal sebagai sistem dorongan-dorongan,
berkisar pada tiga pengertian besar, yaitu :
a. Penguasaan diri
b. Nafsu
rohaniah
c. Hawa nafsu
Penguasaan diri akan ada apabila “AKU”
yang lebih stabil menguasai “AKU” yang lebih labil. “AKU” yang lebih stabil itu
disebut “aku yang umum”atau roh (Geist). Apabila roh itu tertuju kepada
penyerahan diri terjadilah nafsu rohania, sedangkan kalau yang menuju ke
penyerahan diri itu adalah “Aku Pribadi”(aku yang labil) terjadilah hawa nafsu.
Apabila roh menuju ke pertahanan diri terjadilah keinsyafan, sedangkan jika
yang menuju kepertahanan diri itu “Aku pribadi” terjadilah egoisme. Dalam
mengupas teorinya tentang sistem-sistem dorongan itu Klages mengemukakan tabel
yang disusunnya sebagai berikut.
C. Struktur Kepribadian
Dalam
uraiannya mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian
tentang istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap daripada istilah
materi. dalam materi dipandang sebagai isi bahan (der stoff), maka struktur
dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya (formelle
eigenschappen).
Perbedaan
menurut Klages harus ditinjau dari sudut adanya dua kekuatan yang saling
berhadapan satu sama lain. Dua kekuatan itu ialah kekuatan pendorong dan
kekuatan penghambat. Perimbangan antara kedua kekuatan inilah yang menentukan
tingkah laku seseorang.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pandangan kepribadian dari Klages masih
bernuansa filosofis, karena ia terkenal di Eropa sebagai filosof, dan dianggap
sebagai peletak dasar sikologi kepribadian modern. Karyanya berjudul Prinzipien
der Characterologie (Leipzig, 1907). Pada penerbitan-penerbitan ulangan
diubah menjadi Grunslagen der Characterkunde, sudah diterjemahkan dalam
berbagai bahasa dan menjadi sumber studi bagi banyak ahli.
2. Aspek-aspek Kepribadian
a. Materi atau bahan (Stoff)
b. Stuktur (Struktur)
c. Kualitas atau sifat (Artung).
3. Struktur Kepribadian
Dalam uraiannya
mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian tentang
istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap daripada istilah materi.
dalam materi dipandang sebagai isi bahan (der stoff), maka struktur dipandang
sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya (formelle
eigenschappen).
Friedman,
Howard S. & Schustack, Miriam W. Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern Edisi Ketiga. (Jakarta:
Penerbit Erlangga), 2006.
Fudyartanta,
Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: Hanggar Kreator), 2005.
Sunaryo,
Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC), 2004.
Suryabrata,
Sumadi Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),
2013.
Oleh:
Muhammad Arifin
Nurul Hikmah
Khotimatus Sa’adah
Maya Novitasari
[1] Fudyartanta, Psikologi
Kepribadian, (Yogyakarta: Hanggar Kreator), 2005, hlm. 115-116.
[2] Friedman,
Howard S. & Schustack, Miriam W. Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern Edisi Ketiga. (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2006), Hlm. 340.
[3] Sunaryo,
Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC), 2004, hlm. 114.
[4] Suryabrata, Sumadi Psikologi
Kepribadian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), Hlm. 115.
[5] Sumadi
Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),
2013, hlm. 106.
Berikan Komentar untuk "TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES"
Posting Komentar