PENDEKATAN GESTALT dalam KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Terapi Gestalt
merupakan bentuk terapi perpaduan antara eksistensial-humanistis dan
fenomenologi, sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien, “here and
now” dan memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah dimasa
lalu.
Menurut pandangan
Gestalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus melihatnya secara keseluruhan,
karena bila hanya melihat pada bagian tertentu saja, kita akan kehilangan
karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku pada tingkah laku manusia
untuk menjadi pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan menerima
pengalamannya secara keseluruhan tanpa berusaha menghilangakan bagian-bagian
tertentu.Ini dilakukan untuk mencapai keseimbangan.
Gestalt menekankan
peran aktif klien untuk secara sadar mencapai kematangan pribadi dengan
menemukan sendiri makna masalahnya. Mempelajari terapi Gestalt akan memberikan
pemahaman pada pembaca mengenai titik pendekatan yang menempatkan manusis
sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk berkembang. Pembahasan lebih
luas mengenai terapi Gestalt dapat dilihat dari kepribadian manusia, apakah
fungsi dan peran konselor terhadap klien, apa tujua utama terapi Gestalt dan
teknik-teknik yang digunakan dalam terapi Gestalt.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana
dinamika kepribadian manusia berdasarkan terapi Gestalt?
2.
Bagaimana Proses Konseling dalam
terapi Gestalt ?
3.
Apa tujuan dari
terapi Gestalt?
4.
Bagaimana
teknik-teknik dalam terapi Gestalt?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
dinamika kepribadian manusia berdasarkan terapi Gestalt
2.
Mengetahui Proses
Konseling dalam terapi Gestalt.
3.
Mengetahui
tujuan dari terapi Gestalt.
4.
Mengetahui
teknik-teknik dalam terapi Gestalt.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dinamika kepribadian manusia
Gestalt memandang
manusia secara positif yang memiliki kemampuan untuk memiliki tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.Adapun yang menjadi
penekanan terhadap kepribadian manusia adalah perluasan kesadaran, penerimaaan
tanggung jawab pribadi dan kesatuan pribadi.
Timbulnya perilaku bermasalah menurut
pandangan Gestalt adalah karena ketidakmampuan individu untuk mengatasi masalah
sehingga cenderung melakukan penghindaran. Hal
inilah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pribadi individu. Sementara
itu, menurut Perls, munculnya perilaku bermasalah pada individu juga disebabkan
karena hal-hal berikut:
1.
Kurang
berinteraksi atau menutup diri dengan lingkungan
2.
Kebutuhan atau
perasaan yang tidak terpenuhi
3.
Kebutuhan dasar
yang ingin dipenuhi oleh individu mendapat penolakan dari masyarakat
4.
Terjadi
pertentangan anatara top dog (apa yang harus) dan under dog (apa yang ingin) dalam
diri individu
5.
Pertentanagn
dalam diri manusia. Misalnya: cinta-agresi, dan pribadi-soaial.
Dalam terapi Gestalt, ada istilah ynag
dikenal sebagai “urusan yang tidak selesai”. Hal ini mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti
dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa
dan rasa diabaikan.Karena tidak diungkapkan secara sadar, perasaan-perasaan ini
tetap tersimpan dan dibawa ke kehidupan sekarang. Untuk
menangani urusan yang tidak selesai tersebut, individu harus membawanya ke
dalam proses kesadaran dan mengakuinya secara bertanggung jawab.
Dengan mangakui adanya perilaku bermasalah
yang dihadapi klien, maka individudapat diarahkan untuk mengembangkan
kepribadiannya secara keseluruhan dan aktif menyeimbangkan antara pikiran,
perasaan dan tingkah laku sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi pribadi
yang autentik.
B.
Proses Konseling dalam terapi Gestalt
Tujuan
utama konselung Gestalt adalah untuk meningkatkan pertumbuhan klien dan
membantu klien mengembangkan potensi manusiawinnya.
1.
Fase pertama,
membentuk pola pertemuan terapeutik, agar tercapai situasi yang memuingkinkan
perubahan-perubahan pada klien. Pola yang diciptakan berbeda pada tiap klien,
karena masing-masing memiliki keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan
yang bergantung pada masalah yang harus dipecahkan. Situasi ini mengandung
komponen emosional dan intuitif.
2.
Fase kedua,
melaksanakan pengawasan yaitu konselor berusaha meyakinkan atau memaksa klien
untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
3.
Fase ketiga, klien
didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan teori
saat inibukan menceritakan pengalaman masa lalu atau harapan masa datang. Klien
diberikan kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada
masa lalu dalam situasi saat ini.
4.
Fase keempat, setelah
klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya dan
perasaannya, maka terapi sampai pada fase akhir. Dalam situasi ini klien
mungkin sudah memutuskan untuk melepaskan diri dari konselor hingga ia harus
bisa membina diri. Tetapi ada kemungkinan ia merasa khawatir karena lepas dari
bimbingan konselor.[1]
C.
Tujuan
terapi Gestalt
Adapun tujuan
utama terapi Gestalt adalah membantu klien untuk dapat mengembangkan
kepribadiannya secara menyeluruh dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya
sendiri. Dengan terbentuknya kepribadian klien secara menyeluruh, klien dapat
menyadari sepenuhnya kelebihan dan kelemahan dirinya sehingga klien tidak akan
lagi tergantung pada orang lain, tetapi ia dapat berdiri sendiri dan menentukan
pilihannya sendiri sekaligus mampu mengemban tanggung jawab. Hal inilah yang akan
membantu klien untuk menemukan pusat dirinya.
Sasaran utama Gestalt adalah pencapaian
kesadaran. Tanpa kesadaran, klien tidak akan mampu untuk menyentuh dimensi
kepribadiannya yang ingin ditolak dan dihindarinya. Sehingga, kesadaran
dijadikan alat oleh terapi Gestalt untuk mencapai tujuab terapi. Yontef
menyatakan bahwa proses pencapaian kesadaran yang terus-menerus akan
menghasilkan sebuah pemahaman. Klien yang dapat memahami keadaan dirinya secara
utuh, tentu saja akan semakin berani mengambil tanggung jawab baik dalam
membuat pilihan atau menentukan keputusan untuk dirinya sendiri. Terapi Gestalt
juga bertujuan mendampingi klien dalam mencapai kesadaran dari pengalaman momen
ke momen dan memperluas kapasitas dalam memilih. Yang mana tujuan terapi
bukanlah analisis melainkan integrasi.[2]
D.
Teknik
Terapi Gestalt
Terapi Gestalt memiliki
cukup banyak teknik yang dapat digunakan untuk membantu klien mencapai
kesadaran. Teknik-teknik ini digunakan sesuai dengan gaya pribadi konselor yang
disesuaikan dengan klien. Gunarsa (1996) mengemukakan teknik terapi Gestalt,
antara lain:
1.
Pengalaman
sekarang
Klien diarahkan untuk merasakan dan
melakukan pengalaman masa lalu atau masa yang akan datang sehingga dijadikannya
pengalaman sekarang. Misalnya, klien diminta merasakan bagaimana menjadi ibu
padahal kondisi klien saat ini belum menikah.
2. Pengarahan
langsung
Konselor
mengarahkan secara terus-menerus hal-hal yang harus dilakukan klien berdasarkan
pernyataan yang diberikan klien. Misalnya, klien mengatakan bahwa dulu ia
pernah diputuskan oleh pacarnya dan sakit hati, kemudian konselor akan meminta
klien melakukan tindakan bila hal itu terjadi sekarang.
3. Perubahan
bahasa
Klien didorong untuk mengubah bentuk pertanyaan menjadi
pernyataan.Misalnya, contoh pertanyaan, “Dapatkah saya bahagia?” diganti
menjadi, “Sebenarnya saya tidak bahagia”.
4. Teknik
kursi langsung
Klien diarahkan untuk berbicara dengan orang lain yang
dibayangkan sedang duduk di kursi kosong yang ada di sampinga atau di depan
klien. Setelah itu, klien diminta untuk berganti tempat duduk dan menjawab
pertanyaannya seolah-olah sebelumnya klien adalah orang lain tersebut.Tugas
terapis adalah mengarahkan pembicaraan dan menentukan kapan klien harus
berganti tempat duduk.Teknik ini juga disebut permainan peran (role playing).
5. Berbicara
dengan bagian dari dirinya
Teknik ini adalah variasi dari teknik kursi kosong.Intinya
adalah klien melangsungkan percakapan antara bagian-bagian yang ada dalam
dirinya yang menimbulkan konflik.Misalnya, percakapan antara top dog yang
suka menuntut dengan under dog yang penurut.[3]
Selain kelima teknik yang telah disebutkan di
atas, Levitsky dan Perls juga menjelaskan sejumlah teknik permainan yang dapat
digunakan dalam terapi Gestalt, yaitu:
a.
Permainan dialog
Permainana
dialog istilah lain dari teknik kursi kosong.
b.
Membuat
lingkaran
Klien
diminta untuk mengelilingi anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan
sesuatu terhadap anggota kelompok tersebut. Tujuan dari teknik ini adalah agar
klien berani menghadapi dan menyingkapkan diri serta tumbuh dan berubah dalam
hubungannya dengan orang lain. Misalnya, konselor mengarahkan klien untuk menggunakan
pernyataan ini di depan anggota kelompok “saya tidak menyukai Anda karena …”
c.
Saya memikul
tanggung jawab
Klien diminta untuk membuat pernyataan
kemudian menambahkan kalimat “Dan saya bertanggung jawab untuk itu” pada akhir
pernyataan yang telah dibuat.Tujuan dari teknik ini adalah agar klien bersedia
mengakui dan menerima perasaan-perasaanya. Misalnya: “Saya merasa sedih, dan
saya bertanggung jawab untuk itu.”
d.
Saya memiliki
suatu rahasia
Klien
diminta untuk berkhayal tentang rahasia pribadi mereka. Kemudian membayangkan
bagaimana perasaan mereka aserta perasaan orang lain jika mereka mengetahui dan
membuka rahasia tersebut. Teknik ini digunakan untuk mengeksplorasi perasaan
malu, takut dan berdosa klien. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk
membentuk kepercayaan terhadap orang lain.
e.
Bermain proyeksi
Klien diminta untuk memainkan peran
mengungkapkan pernyataan. sesuai
dengan perasaan yang dialaminya. Misalnya :klien
yang menyatakan dirinya pemalu disuruh memainkan perasaan yang pemalu.
f.
Teknik
pembalikan
Klien diminta untuk memainkan peran yang
bertolak belakang dengan pernyataan klien tentang kepribadiannya.Teknik ini
sangat membantu klien agar dapat menerima sisi kepribadian yang selama ini
ditekan atau diingkarinya.Misalnya, seorang klien yang sopan dan lembut disuruh
untuk memainkan peran yang kasar dan melanggar aturan.
g.
Permainan
ulangan
Klien
dan anggota kelompoknya diminta untuk memainkan permainan berbagai pengulangan
satu sama lain. Melalui teknik permainan ini, konselor daprta meningkatkan
kesadaran klien atas pengulangan yang dilakuakan bahwa selama ini klien hanya
melakukan tindakan untuk memenuhi harapan orang lain dan sadar sudah sejauh
mana mereka berusaha memperoleh penerimaan dari orang lain.
h.
Melebih-lebihkan
Klien
diminta untuk melakukan gerakan atau mimic muka secara berlebihan dan
terus-menerus. Sebagai variasi dari bahasa tubuh tersebut, klien juga diminta
untuk mengulangi pernyataan yang telah dicoba dialihkannya dan setiap
pengulangan harus dilakukan dengan suara keras.Teknik ini dapat membantu klien
belajar mendengar dan didengar oleh dirinya sendiri.Selain itu, teknik ini
dapat membantu klien meningkatkan kesadaran atas isyarat halus yang dikirimkan
seseorang melalui bahasa tubuhnya.Misalnya, klien diminta tertawa sambil
menggoyangkan pundak dan menghentakkan kakinya berulang-ulang.
i.
Bisakah Anda
tetap dengan perasaan ini?
Teknik ini
digunakan pada saat klien berada pada perasaan yang tidak menyenangkan dan
ingin dihindarinya.Klien diminta untuk tetap bertahan dan tidak melarikan diri
dari perasaan tersebut. Selain itu, klien akan didorong untuk
menyelami perasaan yang ingin dihindarinya. Hal ini akan membuka dan membuat
jalan menuju taraf pertumbuhan yang baru[4]
Retno Tri Hariastuti dalam Dasar-dasar bimbingan dan
Konselingnya mengemukakan bahwa Terapi konseling Gestalt menggunakan banyak
teknik atau strategi intervensi, namun yang paling banyak digunakan adalah
eksperimen, penggunaan bahasa, memaknakan impian, dan
fantasi.
1. Eksperimen
Berarti mendorong konseli untuk mengalami,
dan mencoba cara-cara baru. Melalui
teknik ini konselor membelajarkan konseli untuk mengalami dan menghayati
kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi di sini dan
sekarang.
2. Penggunaan Bahasa
Yakni teknik dimana konselor dapat
menciptakan suatu iklim lingkungan yang dapat mendorong perubahan
bahasa-bahasa. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dan bukan “mengapa” dan menggunakan pernyataan
“saya”. Penggunaan bahasa juga untuk mendorong konseli agar memusatkan
perhatian pada perasaan dan pengalamannya sendiri, yakni menyatakan pengalaman
“di sini dan sekarang”.
3. Memaknakan impian
Yaitu memberikan interpretasi impian.
Impian dipandang sebagai sebuah “jalan yang lebar menuju integrasi diri”. Dalam
hal ini bagian dari impian dipandang merepresentasikan proyeksi atau
aspek-aspek individu. Dengan memahami impian, konseli lebih mungkin memperoleh
kesadaran.
4. Fantasi
Yakni teknik untuk membantu konseli untuk
meningkatkan kesadaran dirinya. Fantasi dipandang merepresentasikan proyeksi
atau aspek-aspek pribadi klien. Teknik ini, sebagaimana halnya eksplorasi
impian, membantu konseli untuk lebih sadar tentang kontak dengan perasaannya
dan menjadi lebih mampu untuk mengekspresikan emosi-emosinya.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gestalt memandang
manusia secara positif yang memiliki kemampuan untuk memiliki tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Adapun yang menjadi penekanan terhadap
kepribadian manusia adalah perluasan kesadaran, penerimaaan tanggung jawab
pribadi dan kesatuan pribadi.Tujuan utama konselung Gestalt adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi
manusiawinnya.
1. Fase pertama, membentuk pola pertemuan terapeutik, agar tercapai
situasi yang memuingkinkan perubahan-perubahan pada klien
2. Fase kedua, melaksanakan pengawasan yaitu konselor berusaha
meyakinkan atau memaksa klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
sesuai dengan kondisi klien.
3.
Fase ketiga, klien didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada
pertemuan-pertemuan teori saat inibukan menceritakan pengalaman masa lalu atau
harapan masa datang.
4.
Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang
dirinya, tindakannya dan perasaannya, maka terapi sampai pada fase akhir.
Adapun tujuan utama terapi Gestalt adalah
membantu klien untuk dapat mengembangkan kepribadiannya secara menyeluruh dan
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri
Terapi
Gestalt memiliki cukup banyak teknik yang dapat digunakan untuk membantu klien
mencapai kesadaran. Teknik-teknik ini digunakan sesuai dengan gaya pribadi
konselor yang disesuaikan dengan klien. Gunarsa (1996) mengemukakan teknik
terapi Gestalt, antara lain:
1.
Pengalaman
sekarang
2. Pengarahan
langsung
3. Perubahan
bahasa
4. Teknik
kursi langsung
5. Berbicara
dengan bagian dari dirinya
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati,
fenti. 2014.
Bimbingan dan Konseling. Jakarta.
PT.Raja Grafindo Persada.
Lumongga
Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-dasar konseling. Jakarta. Prenada
Media.
Murad
Lesmana, Jeanette. 2008. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta.
UI-Press.
Tri
Hariastuti, Retno. 2008. Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Surabaya. Unesa University Press.
Oleh:
Siti Robbiyatul Adawiyah
M. Masyaril Haram
Yoyok Yudhi ArfiantoKhotimatus Sa’adah
[1] Fenti
Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,
2014), 114-115.
[2]
Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta:
UI-Press, 2008), 44.
[3]Namora Lumongga Lubis, Memahami
Dasar-dasar konseling, (Jakarta: Prenada Media, 2011), 160-166
[4] Namora Lumongga Lubis, Memahami
Dasar-dasar konseling, (Jakarta: Prenada Media, 2011), 159-166
[5]
Retno Tri Hariastuti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Unesa University Press,
2008), 62-63.
Berikan Komentar untuk "PENDEKATAN GESTALT dalam KONSELING"
Posting Komentar