MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) - Definisi dan langkah
MODEL
PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)
Oleh: Mohamad Yahya

A. Pengertian Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value
Clarification Technique)
Mata pelajaran atau mata kuliah yang menitik beratkan
pada ranah afektif seperti Pendidikan Kewarganegaraan sangat tepat menggunakan
model pembelajaran VCT. Pendidikan Kewarganegaraan dan mata pelajaran sejenis
berada pada ranah sikap yaitu wahana penanaman nilai, moral dan norma-norma
baku seperti rasa sosial, nasionalisme bahkan sistem keyakinan.
Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mampu mengeksplorasi
internal side atau wilayah dalam diri seseorang, dan salah satu hasil
dari internal side adalah sikap. Sikap merupakan posisi seseorang
atau keputusan seseorang sebelum berbuat, sehingga sikap merupakan ambang batas
seseorang antara sebelum melakukan suatu perbuatan atau berperilaku tertentu
dengan berbuat atau berperilaku tertentu. Untuk mengubah sikap inilah maka bisa
menggunakan pembelajaran salah satunya adalah VCT.
Teknik mengklarifikasi nilai merupakan teknik
pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis
nilai yang sudah adadan tertanam dalam diri siswa.
Karakteristik Teknik Klarifikasi Nilai (VCT) sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.
B. Tujuan Menggunakan VCT dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
1. Mengetahui
dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai, sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai.
2. Menanamkan
kesadaran bahwa nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sifat yang
posistif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan kearah peningkatan
dan pencapaian target nilai.
3. Menanamkan
nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional (logis) dan
diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa
sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.
4. Melatih
siswa dalam menerima menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang lain,
menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persoalan yang berhubungan
dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.
C. Prinsip-prinsip VCT
1. Penanaman
nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor antara lain faktor potensi
diri, kepekaan emosi, intelektual dan faktor lingkungan, norma nilai
masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan keluarga dan lingkungan bermain.
2. Sikap
dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan
nilai yang telah tertanam atau dimiliki pada diri siswa.
3. Nilai,
moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus
mempertimbangkan tingkat perkembangan moral dari setiap siswa. Tingkat
perkembangan moral siswa dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama
lingkungan sosial.
4. Pengubahan
sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi nilai/sikap secara
rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran diri bukan karena rasa
kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu.
5. Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui VCT menuntut keterbukaan antara guru dengan siswa.
D. Langkah-langkah Pembelajaran VCT
1. Tingkat
1, kebebasan memilih
Pada tingkat ini
terdapat 3 tahap:
a. Memilih
secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik.
Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh.
b. Memilih
dari beberapa alternative, artinya menentukan pilihannya dari beberapa
alternatif pilihan secara bebas.
c. Memilih
setelah melakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai
akibat atas pilihannya itu.
2. Tingkat
2, menghargai
Pada tingkat ini
terdiri atas 2 tahap pembelajaran.
a. Adanya
perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai
tersebut menjadi nilai integral pada dirinya.
b. Menegaskan
nilai yang sudah menjadi integral dalam dirinya didepan umum, yaitu menganggap
bahwa nilai itu sebagai pilihannya sehingga harus berani dengan penuh kesadaran
untuk menunjukkannya didepan orang lain.
3. Tingkat
3, Berbuat
Pada tingkat ini
terdiri atas 2 tahap pembelajaran.
1. Adanya
kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
2. Mau mengulangi perilaku sesuai dengan pilihannya, yaitu nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
E. Beberapa Bentuk VCT
Menurur
Djahiri (1985) ada beberapa bentuk VCT, yaitu:
1. VCT
dengan menganalisa kasus kontroversial, suatu cerita yang dilematis,
mengomentari kliping, membuat laporan dan kemudian dianalisa bersama.
2. VCT
dengan menggunakan matrik, jenis VCT ini meliputi: daftar baik-buruk, daftar
tingkat urutan, daftar skala prioritas, daftar gejala kontinum, daftar
penilaian diri sendiri, daftar membaca perkiraan orang lain tentang diri kita,
dan perisai.
3. VCT
dengan menggunakan kartu keyakinan, kartu sederhana ini berisikan: pokok
masalah, dasar pemikiranpositif negative dan pemecahan pendapat siswa yang
kemudian diolah dengan analisa yang melibatkan sikap siswa terhadap masalah
tersebut.
4. VCT
melalui teknik wawancara, cara ini melatih keberanian siswa dan mampu
mengklarifikasi pandangannya kepada lawan bicara dan menilai secara baik, jelas
dan sistematis.
5. VCT dengan Teknik Inquiri Nilai dengan pertanyaan yang acak random, dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis, analitis, rasa ingin tahu dan sekaligus mampu merumuskan berbagai hipotesa/asusmsi, yang berusaha menangkap suatu nilai atau sistem nilai yang ada atau dianut, atau yang menyimpang.
F. Kebaikan-kebaikan VCT
Menurut
Djahiri (1985) VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran afektif karena:
1. Mampu
membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal side
2. Mampu
mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan
selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan
nilai/moral.
3. Mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri, melihat nilai yang ada
pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.
4. Mampu
mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama
mengembangkan potensi sikap.
5. Mampu
memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan
6. Mampu
mengangkal, meniadakan mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam
sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang.
7. Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
G. Kelemahan-kelemahan VCT
1. Apabila
guru/dosen tidak punya kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan,
saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan memunculkan sikap
semu/palsu. Siswa akan bersikap menjadi siswa yang sangat baik ideal patuh dan
penurut namun hanya bertujuan untuk menyenangkan guru atau memperoleh nilai
yang baik
2. Sistem
nilai yang dimiliki dan tertanam guru/dosen, peserta didik dan masyarakat yang
kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku yang
ingin dicapai/nilai etik.
3. Sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru/dosen dalam mengajar terutama memerlukan
kemampuan atau keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan
menggali nilai yang ada dalam diri peserta didik.
4. Memerlukan
kreatifitas guru/dosen dalam menggunakan media yang tersedia dilingkungan
terutama yang actual dan faktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik.
H. Cara Mengatasi Kelemahan VCT
1. Guru/dosen
berlatih dan memiliki keterampilan mengajar sesuai standar kompetensi
guru/dosen. Pengalaman guru/dosen yang berulang kali menggunakan VCT akan
memberikan pengalaman yang sangat berharga karena memunculkan model-model VCT
yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan kreatifitas guru/dosen.
2. Dalam
setiap pembelajaran menggunakan tematik atau pendekatan kontekstual, antara
lain dengan mengambil topik yang sedang terjadi dan ada disekitar peserta
didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau mengaitkan dengan program
yang sedang dilaksanakan pemerintah.[1]
I. Kesimpulan
Menurut kami teknik VCT ini bisa digunakan dalam
pelajaran agama, misalnya: Akidah Ahlak dan Fiqih, Penanaman nilai melalui
pelajaran Akidah Ahlak. Contohnya Nilai kejujuran, menghormati guru,
menghormati teman, dan contoh lainnya. Jika dikaitkan pelajaran Fiqih, bisa
mengambil nilai-nilai yang diajarkan mata pelajaran fiqih. Contohnya: Berwudhu,
Sholat dan lainnya.
Menurut kami gurulah yang harus mempunyai
keterampilan serta keahlian dalam penerapan teknik VCT ini dalam pelajaran
keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Taniredja, Tukiran, Efi Miftah
Faridli, dan Sri Harmianto. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfabeta, 2011.
[1] Tukiran Taniredja, dkk., Model-model Pembelajaran Inovatif (Bandung, Alfabeta, 2011), 87-92.
Berikan Komentar untuk "MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) - Definisi dan langkah"
Posting Komentar