Pengertian AKIDAH AKHLAK

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu tujuan risalah Islam adalah menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlak, akhlak dalam Islam mulai dari akhlak yang berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain. Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini masih selalu dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena akhlaknya yang prima.

Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu di saat bangsa Indonesia dihadapkan masalah moral dan akhlak yang cukup serius, apabila kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia sendiri.Cara mengatasinya bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan, tetapi harus dibarengi dengan penanganan di bidang akhlak yang mulia.

Melihat pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia, maka tidaklah mengherankan jika program dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pembinaan akhlak, akhlak harus ditanamkan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali.

B.     Rumusan masalah

1.      Bagaimana pengertian akhlak ?

2.      Bagaimana cara kita berakhlak kepada Allah SWT ?

3.      Bagaimana cara kita berakhlak kepada Rasulullah SAW ?

4.      Bagaimana cara kita berakhlak kepada sesama manusia ?

5.      Bagaimana cara kita berakhlak kepada makhluk lainnya ( lingkungan ) ?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak.

2.      Untuk mengetahui cara berakhlak kepada Allah SWT.

3.      Untuk mengetahui cara berakhlak kepada Rasulullah SAW.

4.      Untuk mengetahui cara berakhlak kepada sesama manusia.

5.      Untuk mengetahui cara berakhlak kepada makhluk lainnya ( lingkungan ).

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak.

Secara etimologi akahlak berasal dari bahasa arab khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat. Dan juga berasal dari kata khalqun yang berarti kejadian, buatan, dan ciptaan. Adapun pengertian akhlak secara terminologi para ulama mendefinisikan, diantaranya Ibn Maskawih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak, beliau mendefinisikan akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak merupakan gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Pertama, perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena bersandiwara.

B.     Akhlak Terhadap Allah.

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai sang pencipta.

Abuddin Nata menyebutkan ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah yaitu: Pertama, karena Allah telah menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah juga mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging dijadikan tulang belulang dan dibalut dengan daging, dan kemudian diberi roh.  Kedua, karena Allah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, akal pikiran, dan hati sanubari. Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna, perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak. Dan sebagainya. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.[1]

Adapun akhlak terhadap Allah SWT adalah sebagai berikut:

1.      Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah SWT serta meyakini apa yang difirmankan-Nya. Seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat, dan qadha dan qadhar.

2.      Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

3.      Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah.

4.      Khusyu’, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan yang sedang dikerjakannya atau melaksankan perintah dengan sungguh-sungguh.

5.      Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah SWT, apa saja yang diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia.

6.      Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana.

7.      Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

8.      Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang pernah di buat dengan mengucapkan “Astaghfirullahal ‘adzim”.

C.    Akhlak Terhadap Rasulullah SAW.

Akhlak terhadap Rasululullah SAW dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai rasa terimakasih atas perjuangannya dalam membawa umat Islam ke jalan yang benar. Alasan berakhlak kepada Rasulullah perlu kita lakukan atas dasar:

1.      Rasulullah sangat besar jasanya dalam menyelamatkan manusia dari kehancuran.

2.      Rasulullah sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.

3.      Rasulullah berjasa dalam menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia sehingga jelas dan mudah untuk dilaksankan.

4.      Rasulullah telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan.

Adapun cara berakhlak kepada Rasulullah SAW antara lain:

1.      Ridha dan beriman kepada Rasulullah.

Ridha dan beriman kepada Rasulullah merupakan sesuatu yang harus kita lakukan, kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.

2.      Mantaati dan Mengikuti Rasulullah SAW.

Allah SWT akan menempati orang-orang yang menaati Allah dan Rasulullah kedalam derajat yang tinggi dan mulia.

3.      Mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW.

Mencintai dan memuliakan Rasulullah merupakan sebuah keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasulullah. Mencintai beliau dan ahlul baitnya setelah kecintaan kita kepada Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

“Tidak beriman salah seorang darimu, apabila ia tidak mencintaiku melebihi dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya”.(H.R Bukhari Muslim).

4.      Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah merupakan sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang bershalawat kepada ku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat”. (H.R Ahmad).

5.      Melanjutkan misi Rasulullah SAW.

Misi Rasulullah SAW adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bersabda:

“Sampaikanlah dari ku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah tentang bani israil tidak ada larangan. Barang siapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduk di neraka”. (H.R Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).[2]

D.    Akhlak Terhadap Manusia.

Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri sendiri, dimesi takwa yang selanjutnya adalah memelihara hubungan baik dengan sesama manusia. Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara, anatara lain dengan mengembangkan cara dana gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama.[3]

Adapun akhlak terhadap manusia antara lain:

1.      Akhlak terhadap keluarga

a.       Berlaku baik kepada keluarga.

b.      Menunaikan hak dan kewajiban dalam keluarga.

c.       Mengasuh dan mendidik anak.

d.      Berbakti kepada kedua orang tua.

2.      Akhlak terhadap masyarakat:

a.       Berlaku baik kepada tetangga.

b.      Memberikan apa yang menjadi hak tetangga.

c.       Memberi hadiah.

d.      Berbuat baik kepada semua orang.

e.       Menghormati guru.

f.       Menjaga pergaulan.

g.      Menjaga tali persaudaraan.[4]

E.     Akhlak Terhadap Lingkungan.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya jinteraksi manusia dengan sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk tercapai tujuan penciptaannya.[5]

Adapun contoh akhlak terhadap lingkungan antara lain:

a.       Kasih sayang terhadap semua.

b.      Sayang kepada binatang.

c.       Tidak berbuat kerusakan di bumi.[6]

d.      Rahmatal lil ‘alamin

Artinya manusia diberikan amanat untuk mewujudkan segala perilakunya dalam rangka kasih sayang terhadap seluruh alam.

e.       Sikap hormat terhadap alam.

Pada dasarnya manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya. Manusia pada umumnya bergantung pada keadaan lingkungan sekitar (alam) dan berupa sumber daya alam sebagai penunjang kehidupan sehari-hari, seperti air, udara dan tanah yang merupakan sumber alam yang utama. Lingkungan yang sehat dapat terwujud jika manusia dan lingkukngan dalam kondisi yang baik.

f.       Prinsip tanggung jawab. Karena manusia diciptakan sebagai khalifah (penanggung jawab) di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah bagian integral dari alam.

g.      Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam.[7]

                                     

 

  

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Akhlak merupakan gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai sang pencipta.

Akhlak terhadap Rasululullah SAW dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai rasa terimakasih atas perjuangannya dalam membawa umat Islam ke jalan yang benar.

Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri sendiri, dimesi takwa yang selanjutnya adalah memelihara hubungan baik dengan sesama manusia. Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara, anatara lain dengan mengembangkan cara dana gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya jinteraksi manusia dengan sesamanya dan terhadap alam


B.      

 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo, 2010.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikirandan Kepribadian Muslim). Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2011.

Habibah,Syarifah. “Akhlak dan Etika Dalam Islam JURNAL PESONA DASAR. 1, No. 4, 2015.

Harhab, Rabiah  Z. “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup JURNAL EduTech. 1, No. 1, 2015.

Syafe’i, Imam. Pendidikan Agama Islam Bebasis Karakter. Depok:PT.RajaGrafindo Persada, 2014.

 



[1]   Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (UpayaPembentukanPemikirandanKepribadian Muslim), (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, (2011), 151-153

[2]Syarifah Habibah, “Akhlak dan Etika Dalam Islam,”JURNAL PESONA DASAR, 1, No. 4 (2015), 81-83

[3]Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, 370

[4]Imam Syafe’i, Pendidikan Agama Islam Bebasis Karakter, ( Depok: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 144-146

[5] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran  dan Kepribadian Muslim), 158

[6]Imam Syafe’i, Pendidikan Agama Islam,  146

[7]Rabiah  Z. Harhab, “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup,” JURNAL EduTech, 1, No. 1, (2015):  9

Berikan Komentar untuk "Pengertian AKIDAH AKHLAK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel