Internalisasi Ajaran Islam dan Nilai Jawa dalam Aspek Kehidupan Masyarakat
Internalisasi
Ajaran Islam dan Nilai Jawa dalam Aspek Kehidupan Masyarakat
Di susun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Islam dan Budaya Lokal
Dosen Pengampu : Miftahul Huda, S.S., M. A
Disusun Oleh :
1.
Andre
Dhodik Prassetia (1710110158)
2.
Faishal
Zaki Ahzami (1710110160)
3.
Adib
Multazam (1710110164)
4.
Yusuf
Faisal Abdul Aziz (1710110168)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
2020/2021
ABSTRAK
Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mengutamakan aspek kecerdasan
intelektual, tetapi juga mengedepankan aspek emosional dan juga aspek
kecerdasan spiritual. Untuk mendapatkan kecerdasan baik itu intelektual,
emosional serta spiritual dibutuhkan internalisasi nilai, khususnya nilai-nilai
agama Islam. Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting
bagi peserta didik agar dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai
agama dalam kehidupannya. Disamping itu juga ditekankan ada aspek kebudayaan
dan nilai-nilai kemasyarakaatan. Sehingga menciptakan suatu keselarasan yang
baik antar kebudayaan.
Kata Kunci : Islam, Budaya, Internalisasi.
A . Pendahuluan
Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat
penting bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan
nilai-nilai agama dalam kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam
dapat tercapai dengan baik, sehingga peserta didik dapat mengamalkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dilingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat. Langkah dari pihak sekolah untuk dapat
menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri peserta didik menjadi sangat
penting, dan salah satu upaya tersebut adalah dengan prosespembiasaan yang di
lingkungan sekolah. Prosespembiasaan tersebut dapat dilakukan dengancara
menciptakan suasana religius di sekolah, baik melaluikegiatan–kegiatan
keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan
rutin sehingga diharapkan dapat melaksanakandan menginternalisasikan
nilai-nilai ajaran Islam secara baik kepada peserta didik. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial .
Sejarah Islam di Jawa berjalan cukup
lama. Banyak berbagai ritual dan tradisi
budaya yang dilaksanakan secara Islami di Jawa. Hal
ini dilakukan sebagai
unsur dakwah Islamiyah. Islam memberikan
pengaruh kepada tradisi
dan budaya atau kepercayaan, dan begitu
juga sebaliknya budaya
juga memberikan pengaruh
pada pelaksanaan dari ajaran-ajaran Islam. Pengaruh
budaya Islam mencakup
dua hal yang mendasar
yaitu berupa budaya
material dan non material.
Bangsa Indonesia hari ini sedang mengalami krisis
multidimensional, seperti korupsi,
kekerasan, anarkis, remanisme, dan nakorba. Hal itu sudah
melanda kalangan pelajar. Nilai-nilai
ajaran Islam yang
ada dimata pelajar
PAI seperti halnya nilai-nilai PAI tidak terinernalisasi dengan baik dalam
diri setiap individu sehingga kebrobokan moral tidak bisa dihindari, dan kemudian menjadikan seseorang cenderung kepada kehidupan hedonis dan mementingkan kepentingan
pribadi semata.
Adanya krisis multidimensional diatas menunjukkan bahwasannya nilai-nilai agama,
seperti halnya internalisasi nilai-nilai PAI
pada anak masih belum berhasil, padahal dari pihak sekolah
terutama dari guru pendidikan agama Islam senantiasa berusaha untuk menanamkan akhlak mulia serta
budi pekerti yang
baik kepada peserta didiknya melalui
pelajaran PAI di sekolah. Oleh karena itu, tidak hanya di dalam
sekolah dan keluarga
proses internalisasi nilai- nilai PAI bisa
dilakukan di lingkungan masyarakat, salah satunya
yaitu dengan cara melihat
semua objek yang ada di masyarakat dengan cara
pandang agama dan budaya, dan bisa menyelaraskan keduanya.
B. Rumusan Masalah
1. 1. Apa yang dimaksud dengan Internalisasi ajaran Islam dalam aspek kehidupan masyarakat ?
2. 2. Apa yang dimaksud dengan nilai jawa dalam aspek kehidupan masyarakat
3. 3. Bagaimana penerapan internalisasi ajaran islam dan nilai jawa dalam aspek kehidupan masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian internalisasi ajaran islam dalam kehidupan masyarakat.
2. Untuk mengetahui pengertian nilai jawa dalam masyarakat.
3. Untuk mengetahui penerapan internalisasi ajaran isalam dan nilai jawa dalam aspek kehidupan masyarakat.
- Pembahasan
1. Internalisasi ajaran Islam dalam aspek kehidupan
masyarakat
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penugasan,
penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan,
penyuluhan, penataran, dan sebagainya. Yang berlansung lewat penyuluhan,
penataran, dan sebagainya merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam
sikap dan prilaku. Jadi Internalisasi
adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan
sebagainya. Dengan demikan Internalisasi
merupakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang melalui pembinaan,
bimbingan dan sebagainya agar ego
menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku
sesuai dengan standart yang diharapkan.
Internalisasi ajaran Islam merupakan internalisasi
yang berisi tentang nilai nilai ajaran Islam.
Menurut Williams (Macionis, 1970: 33) mengemukakan bahwa nilai
merupakan: “…what is desirable, good or bad, beautiful or ugly”. Sedang
Light, Keller, & Calhoun (1989: 81) memberikan batasan nilai sebagai
berikut: “Value is general idea that people share about what is good or bad,
desirable or undesirable. Value transcend any one particular situation. …Value
people hold tend to color their overall way of life”. (Nilai merupakan
gagasan umum orang-orang, yang berbicara seputar apa yang baik atau buruk, yang
diharapkan atau yang tidak diharapkan. Nilai mewarnai pikiran seseorang dalam
situasi tertentu. Nilai yang dianut cenderung mewarnai keseluruhan cara hidup
mereka).Nilai bukan saja dijadikan rujukan untuk bersikap dan berbuat dalam
masyarakat, akan tetapi dijadikan pula sebagai ukuran benar tidaknya suatu
fenomena perbuatan dalam masyarakat itu sendiri. Apabila ada suatu fenomena
sosial yang bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, maka
perbuatan tersebut dinyatakan bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat, dan akan mendapatkan penolakan dari masyarakat tersebut.
Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti.
Di tinjau dari segi normatif yaitu
pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, haq dan bhatil. Sedangkan
ditinjau dari operatif nilai mengandung lima pengertian kategorial yang menjadi
perinsip perilaku manusia yaitu wajib,
sunah, mubah, makruh dan haram. Pada dasarnya struktur dalam islam lebih banyak memberikan ruang gerak
yang luas dalam menentukan pilihan
tingkah laku perbuatan seorang muslim.
Aspek nilai-nilai ajaran Islam dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah, dan nilai-nilai
akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya Allah
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai Sang Pencipta alam semesta, yang akan
senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia.
Dengan merasa sepenuh hati.bahwa Allah itu ada dan Maha Kuasa, maka manusia
akan lebih taat untuk menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh
Allah dan takut untuk berbuat dhalim atau kerusakan di muka bumi ini.
Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap perbuatannya
senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai rido Allah. Pengamalan
konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia yang adil, jujur, dan
suka membantu sesamanya. Selanjutnya yang terakhir nilai-nilai akhlak
mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berperilaku yang baik sesuai
norma atau adab yang benar dan baik, sehingga akan membawa pada kehidupan
manusia yang tenteram, damai, harmonis, dan seimbang. Dengan demikian jelas
bahwa nilai-nilai ajaran Islam merupakan nilai-nilai yang akan mampu membawa
manusia pada kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan manusia baik dalam
kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak.
Nilai-nilai agama Islam memuat Aturan-aturan Allah
yang antara lain meliputi aturan yang mengatur tentang hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam secara
keseluruhan (Toto Suryana, dkk; 1996: 148-150). Manusia akan mengalami
ketidak-nyamanan, ketidak-harmonisan, ketidak-tentraman, atau pun mengalami
permasalahan dalamhidupnya, jika dalam menjalin hubungan-hubungan tersebut
terjadi ketimpangan atau tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah.
2.Nilai jawa dalam aspek
kehidupan masyarakat
Pandangan hidup masyarakat Jawa (orang Jawa) sebagaimana
tercermin dalam praktek dan keyakinan agama, Javanisme, menekankan ketentraman batin, keselarasan dan
keseimbangan, sikap narima terhadap segala
peristiwa yang terjadi
sambil menempatkan individu di bawah masyarakat dan
masyarakat di bawah semesta alam. Pandangan hidup orang Jawa mengajarkan agar
masyarakat Jawa menempatkan adanya hubungan yang selaras antara individu dengan dirinya sendiri, individu dengan
individu lainnya, antara individu dengan alam semesta dan antara individu
dengan Tuhannya. Dengan adanya
keselarasan masyarakat Jawa diharapkan dapat menjalankan hidup dengan benar. Agar perwujudan keselarasan
terjamin, masing- masing individu harus menerapkan kaidah-kaidah moral yang
menekankan pada sikap narima, sabar, waspada-eling (mawas diri), andap
asor (rendah hati) dan prasaja (bersahaja).
Terkait dengan kepemimpinan, model kepemimpinan Jawa adalah ”bapakisme”
dan karismatik. Masyarakat Jawa menggambar- kan bahwa seseorang senantiasa
memerlukan bimbingan dan pertolongan dalam memecahkan masalah. Mereka lebih
senang dengan pendapat pemimpin mereka. Orang-orang Jawa ingin selalu
dilindungi oleh pemimpin atau oleh bapak-bapak mereka. Mereka hormat dan taat
kepada pemimpin bukan sebagai suatu keterpaksaan, seakan-akan pemimpin mereka
mempunyai karisma tertentu yang besar. Kepercayaan
kepada orang dan pangkat lebih penting daripada minat terhadap cita-cita mereka
atau terhadap prestasi-prestasi objektif.
Kemudian relevansi pandangan hidup masyarakat Jawa dengan
model kepemimpinan yang diterapkan tercermin pada kaidah-kaidah moral yang
menekankan sikap narima, sabar,
waspada-eling (mawas diri), andap asor (rendah hati) dan prasaja (bersahaja) yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam mewujudkan keselarasan masyarakat. Hal
ini sejalan dengan rasa hormat dan taat orang-orang Jawa terhadap pemimpin yang
dipercaya bukan sebagai keterpaksaan.
3. Penerapan
Internalisasi Ajaran Islam Dan Nilai Jawa Dalam Aspek Kehidupan Masyarakat
Proses
internalisasi adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup dari seorang
individu. Dalam proses internalisasi di dalamnya terdapat penanaman dan
penumbuhkembangan nilai yang dilakukan melalui Pendidikan dan pengajaran,
seperti pengarahan, indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya.
Pendidikan yang dimaksud dalam makalah ini, yaitu Pendidikan agama islam serta
penerapan nilai jawa dalam kehidupan masyarakat.
Proses
internalisasi nilai menurut Rohman (2012) terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan transformasi nilai
Dalam
tahapan ini merupakan tahapan menginformasikan nilai-nilai budaya secara
keseluruhan mulai dari yang baik maupun yang kurang baik. Komunikasi verbal
antara informan dan penerima informasi yang terjadi pada tahap ini.
2. Tahap transaksi nilai
Pendidikan
nilai dengan melakukan komunikasi dua arah. Interaksi yang terjadi antara
komunikator dengan komunikan yang bersifat interaksi timbal balik.
3. Tahap transinternalisasi
Pendidikan
mental dan kepribadian dapat terjadi pada tahap ini. Komunikasi tidak hanya
melalui verbal akan tetapi keteladanan juga terjadi.
Hasil temuan penelitian tersebut
menyatakan bahwa proses internalisasi membantu seseorang mendenifisikan dirinya
melalui nilai-nilai di dalam dirinya dalam masyarakatnya yang sudah tercipta
dalam bentuk serangkaian norma dan praktik.
Meliputi
aspek nilai-nilai ajaran islam. Dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Nilai Aqidah
Merupakan
hal pertama ajaran Islam yang harus ditanamkan yang pertama kali. Sebab,
tanggung jawab paling utama seorang manusia ialah tanggung jawab kepada Sang
Pencipta, Allah Swt. Aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat implementasikan
dalam individu maupun social masyarakat. Secara pribadi manusia bisa merasakan
adanya Tuhan Yang Maha Tahu atas segala yang diperbuat, sehingga dia senantiasa
bertindak sesuai apa yang diperintahkan. Dalam social, seseorang merasa
dituntut untuk menyandarkan diri pada ajaran islam.
2. Nilai Ibadah
Implementasi
dari nilai Pendidikan akidah ialah ibadah. Setiap manusia yang mempercayai adanya
Allah Swt, aka timbul keinginan untuk senantiasa melaksanakan ibadah yang
dilakukan secara khusyuk. Dalam tradisi kajian islam ibadah berarti antara
bersuci sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan dalam muamalah ibadah berarti
antara system keluarga, system ekonomi, system politik, system pembagian harta,
dan lain-lain.
3. Nilai Akhlak
Akhlak
merupakan dimensi yang terkait erat dengan akidah dan syari’ah. Sesuatu tang
bai menurut akhlak pasti disetujui kebaikannya oleh keimnan dan hukum islam.
Atau disebut dengan akhlakul karimah. Hubungan ibadah dan akhlak sering
diungkapkan dalam bentuk ibadah sebagai proses dan akhlak sebagai pancaran.
Sebagai contoh sholat merupakan proses, kemampuan tidak melakukan keji dan
kemungkaran merupakan pancaran dari ibadah yang diterima oleh Allah Swt.
Dalam agama Islam mengajarkan
ibadah-ibadah yang berdimensi
ritualistic yakni berbagai bentuk ibadah sebagai penjabaran konsep rukun
islam dan rukun iman. Sebagai contoh-contoh ibadah ritual yang sudah
diakomodasi adalah tradisi kenduren atau selametan dengan berbagai
perangkatnya. Contoh lain dalam berbagai upacara keagamaan identic dengan
kehidupan jawa yang diislamkan seperti :
1. Upacara tingkeban (mitoni)
2. Upacara kelahiran => nyepasar,
akikah.
3. Upacara sunatan (slametan)
4. Upacra perkawinan => ijab Kabul,
ngunduh mantu, ndue gawe, nggelar kloso mbalek kloso
5. Upacara kematian => pitungdino,
patangpuloh, nyatus, nyewu, mendak.
6. Upacara hari-hari besar => suronan,
saparan, ruwahan, muludan, syawalan.
Kesimpulan
Proses
Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta didik
untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam
kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam dapat tercapai dengan
baik, sehingga peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, baik itu dilingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat Proses internalisasi adalah suatu proses yang berlangsung seumur
hidup dari seorang individu. Dalam proses internalisasi di dalamnya terdapat
penanaman dan penumbuhkembangan nilai yang dilakukan melalui Pendidikan dan
pengajaran, seperti pengarahan, indoktrinasi, brain-washing, dan lain
sebagainya. Pendidikan yang dimaksud dalam makalah ini, yaitu Pendidikan agama
islam serta penerapan nilai jawa dalam kehidupan masyarakat. Pandangan hidup
orang Jawa mengajarkan agar masyarakat Jawa menempatkan adanya hubungan yang
selaras antara individu dengan
dirinya sendiri, individu dengan individu lainnya, antara individu dengan alam
semesta dan antara individu dengan Tuhannya.
Dengan adanya keselarasan masyarakat Jawa diharapkan dapat menjalankan
hidup dengan benar. Agar perwujudan
keselarasan terjamin, masing- masing individu harus menerapkan kaidah-kaidah
moral yang menekankan pada sikap.
Daftar
Pustaka
Kamal, Muhamad
Ali Mustofa. ”Internalisasi Nilai Jawa dan Islam Dalam Berbagai Aspek
Kehidupan”, 10 No. 1 (2016).
Light, D., Etc.
“Sociology New York : Alfred A. Knopf. Macionis, J.J. Society the Basics. New
Jersey : Prentice Hall, Englewood Cliffs”, (1970).
Taman, Badrut. “Fenomena
: Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Pembelajaran AL-Islam
dan Kemuhammadiyahan Di Sekolah Menengah Atas” 9, No. 1 (2017).
Suryano, Toto.,
Etc. “Pendidikan Agama Islam : Untuk Perguruan Tinggi.” (Bandung : Tiga
Mutiara, 1996).
Siswanto, Dwi.
“Pengaruh Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terhadap Model Kepemimpinan”, Jurnal
Filsafat 20, No. 3 (2010).
Wardani,
“Internalisasi Nilai dan Konsep Sosialisasi Budaya Dalam Menjunjung Sikap
Persatuan Masyarakat Desa Pnacasila”, Nusantara : Jurnal Ilmu Pnegetahuan
Sosial 6, No 2 (2019).
Berikan Komentar untuk "Internalisasi Ajaran Islam dan Nilai Jawa dalam Aspek Kehidupan Masyarakat"
Posting Komentar